LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN
PASIEN
DENGAN INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI ST ( NSTEMI )
I.
ANATOMI FISIOLOGI
A.
ANATOMI
JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 ruang serambi
atau bagian yang berdinding tipis (atrium), dan 2 bilik atau bagian yang berdinding tebal ( ventrikel
)
a.
Atrium
Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang
berfungsi sebagai penampungan darah yang
selanjutnya akan mengalir menuju ventrikel. Atrium berkontraksi untuk membantu
pengisian ventrikel.
1)
Atrium
kanan
Dinding atrium
kanan memiliki struktur yang tipis, dan memiliki tekanan yang rendah
Sebelum memasuki atrium kanan, darah melewati dua vena yang bermuara ke atrium
kanan yaitu vena kava superior
(membawa darah dari bagian tubuh atas dan ekstremitas atas) serta vena kava inferior (membawa darah dari
ekstremitas bawah dan organ abdomen). Setelah melalui atrium kanan kemudian
melewati katup trikuspid darah menuju ventrikel kanan pada saat fase relaksasi
otot jantung (diastole)
2) Atrium kiri
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibanding atrium kanan.
Darah yang telah teroksigenisasi memasuki atrium kiri. Selanjutnya darah akan
memasuki ventrikel kiri melewati katup mitral pada saat vase relaksasi otot
jantung ( diastole). Fungsi dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima
darah yang telah teroksigenisasi dari paru-paru.
b.
Ventrikel
Fungsi ventrikel secara umum adalah
memompakan darah ke sistem sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Ventrikel
kiri mempunyai ketebalan tiga kali dari yang sebelah kanan, sesuai dengan kerja
jantung yang lebih berat.
1)
Ventrikel
kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan
bertekanan rendah. Fungsi dari ventrikel kanan adalah memompa darah menuju
paru-paru. Darah mengalir menuju arteri pulmonal melewati katup pulmonal, pada
saat fase kontraksi/ sistolik.
2)
Ventrikel
kiri
Ventrikel
kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat tinggi, darah
yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katub mitral dan keluar dari
ventrikel melalui katub aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah mengalirkan
darah menuju seluruh bagian tubuh yang selanjutnya kembali ke atrium kanan.
KATUB JANTUNG
Katub jantung yang berjumlah 4 buah
berfungsi mengalirkan darah dan mencegah aliran balik darah. Katup ini membuka
dan menutup secara pasif yang merupakan respon dari perubahan tekanan dan
perubahan isi dari ruang- ruang jantung. Secara umum katub jantung dibagi
menjadi 2 jenis katub yaitu katub atrioventrikular dan katub semilunar
a.
Katub
Atrioventrikular
Katub ini membagi jantung
menjadi 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Katub atrioventrikular ini
menghubungkan aliran darah dari atrium ke ventrikel. Terdiri dari katub
tricuspid dan katup mitral.
1)
Katup
tricuspid
Tricuspid
memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup Trikuspid memiliki 3 daun
katup (anterior, septal, posterior). Daun katub ini disokong oleh 2 muskulus
papilaris yang dihubungkan oleh korda tendinae. Fungsi tricuspid adalah
membantu darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan selama diastole (daun
katup membuka). Saat systole daun katup
menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
2)
Katup
Mitral/ Bicuspid
Katup
mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Terdiri dari 2 daun katup/
bikuspidalis (anterior dan posterior). Fungsi katup mitral adalah membantu
darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat diastole (daun katup
membuka). Saat systole daun katup menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
b.
Katub
Semilunar
Katub semilunar
memisahkan ventrikel dari pembuluh darah besar. Dua katup semilunar ini memilki
3 daun katub yang mengalirkan darah dari ventrikel ke pulmonary arteri dan
aorta. Fungsi katub adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel ke pembuluh
darah besar selama diastole (daun katup terbuka).
1)
Katub
pulmonal
Katub
pulmonal memisahkan ventrikel kanan dan arteri pulmonal, terdiri dari tiga daun
katup (anterior kanan, anterior kiri, dan posterior). Fungsi dari katup
pulmonal adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonal selama sistole (daun katub membuka).
2)
Katub
aorta
Katup
aorta memisahkan ventrikel kiri dan aorta. Terdiri dari 3 daun katup (Coroner
kiri,coroner kanan,dan non coronary). Fungsi katub ini adalah membiarkan darah
mengalir dari ventrikel kiri ke aorta selama sistole (daun katub membuka).
B.
FISIOLOGI
JANTUNG
1.
CARDIAC
OUTPUT
Cardiac
output atau curah jantung adalah jumlah darah
yang dipompakan oleh jantung selama satu menit (± 4 – 8 L/menit) ketika
istirahat. Merupakan hasil dari stroke
volume (Jumlah darah yang dipompakan oleh jantung setiap satu kali
kontraksi) dan heart rate. Faktor-faktor
yang mempengaruhi stroke volume dan cardiac output adalah:
a. Preload/
beban awal
Merupakan kekuatan yang meregangkan otot
otot ventrikel pada end diastol atau
sesaat sebelum kontraksi, yang digambarkan dengan jumlah volume darah
yang berada di ventrikel pada saat itu. Peningkatan peregangan otot-otot
jantung menyebabkan kontraksi ventrikel dan
stroke volume yang lebih kuat. Semakin besar volume pengisian ventrikel,
semakin besar pula stroke volume.
Proses ini sesuai dengan hukum Frank –
Starling.
b. Afterload/
beban akhir
Merupakan beban atau tekanan yang harus
dihadapi ventrikel ketika berkontraksi. Afterload
ventrikel kiri adalah tekanan diastolik di aorta dan resistensi vaskuler
sistemik (Systemic Vascular Resistance/
SVR). Sedangkan afterload ventrikel
kanan adalah tekanan diastolik arteri pulmonal dan resistensi vaskuler pulmonal
(Pulmonary Vascular Resistance/ PVR)
. Afterload mempengaruhi kerja jantung, konsumsi oksigen miokard dan performa
ventrikel.
c. Contractility/
kontraktilitas
Merupakan kekuatan dan velositas
pemendekan otot miokard, tergantung pada preload
dan afterload. Stimulus inotropik
positif (epinefrin, dopamine) meningkatkan kekuatan kontraksi, inotropik
negatif menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi (beta bloker, asidosis,
hipoksemia)
2.
SISTEM
VASKULER
Laju
dan volume aliran darah dalam sirkulasi ditentukan oleh dua faktor:
a.
Perbedaan
tekanan inflow dan outflow (tekanan ke dalam vs tekanan keluar)
Aliran darah terjadi apabila tekanan pada
permulaan sirkulasi lebih besar dari akhir sirkulasi.
b.
Resistensi
terhadap aliran darah
Faktor utama yang mempengaruhi resistensi
terhadap aliran darah adalah diameter pembuluh darah. Apabila diameter pembuluh
darah menurun sampai satu setengahnya
akibat vasokonstriksi, maka aliran darah meningkat 16 kali. Konstriksi dan
relaksasi otot-otot arteriol dan spingter prekapiler merupakan bagian yang
paling berperan dalam perubahan diameter pembuluh darah, resistensi vaskuler
dan aliran darah regional. Secara umum, semakin besar resistensi vaskuler,
semakin besar pula potensial untuk menurunkan aliran darah ke jaringan distal
dan semakin besar pula mean arterial
pressure yang dibutuhkan untuk menghantarkan darah melalui sirkulasi
tersebut.
3.
SIRKULASI
Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas 2
bagian yaitu: sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
a.
Sirkulasi
sistemik
1) Mengalirkan
darah ke berbagai organ serta memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
2) Memerlukan
tekanan permulaan yang besar dan banyak mengalami tahanan
3) Kolom
hidrostatik panjang
b.
Sirkulasi
pulmonal
1) Hanya
mengalirkan darah ke paru dan berfungsi untuk paru-paru
2) Mempunyai
tekanan permulaan yang rendah
3) Hanya
sedikit mengalami tahanan dan kolom hidrostatiknya pendek
4.
SISTEM
KORONER
Efisiensi jantung sebagai
pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung oleh
sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan
membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang
kecil-kecil.
a.
Arteri
Koroner
Arteri koroner adalah
cabang pertama dari sirkulasi sistemik yang memperdarahi jantung. Arteri
tersebut melintang di permukaan jantung dan mengelilingi jantung. Terdiri dari
Arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan.
1)
Arteri
koroner kiri (Left Main Corronary Artery)
Mempunyai
dua cabang besar, yaitu Left Anterior
Descendence (LAD) dan Left Circumflex
(LCx).
a) LAD
(Left Anterior Descendence)
Cabang LAD berperan dalam memperdarahi RV,
dinding anterior LV, dan 2/3 anterior septum. Cabang LAD juga memperdarahi
jaringan konduksi seperti berkas his, berkas His kiri dan kanan.
b) LCx
(Left Circumflex)
LCx Memperdarahi dinding lateral dan
posterior ventrikel kiri. Dan pada sebagian kesil orang LCx memperdarahi AV dan SA node.
2)
Arteri
Koroner Kanan (RCA)
Pada umumnya RCA memperdarahi SA dan AV
node, juga memperdarahi berkas his. RCA juga memperdarahi RV, dinding inferior
LV dan 1/3 posterior septum ventrikel
b.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi aliran darah koroner
1)
Tekanan
perfusi koroner (tekanan diastolik aorta
– tekanan sinus koroner/ RA pressure).
Pada orang dewasa normal,
tekanan yang dapat mengalirkan darah ke sirkulasi koroner sebesar 90 mmHg.
Aliran darah koroner menurun ketika tekanan < 50 mmHg. Aliran darah
benar-benar berhenti ketika tekanan perfusi koroner < 20 mmHg (disebut critical closing pressure).
2)
Resistensi
vaskuler koroner
Resistensi terhadap
aliran darah dipengaruhi oleh diameter arteri koroner. Apabila arteri
menyempit, resisitensi meningkat sehingga laju dan volume aliran darah menurun.
Apabila terjadi dilatasi arteri, resistensi menurun, sehingga laju dan volume
aliran darah meningkat. Diameter pembuluh darah diatur secara otomatis
(autoregulated) oleh kebutuhan metabolik miokard. Apabila terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen di miokard (misalnya olahraga), maka arteri koroner mengalami
dilatasi untuk meningkatkan aliran darah ke miokard 4 sampai 5 kali normal
(istirahat).
c.
Faktor
– faktor yang dapat menurunkan aliran darah koroner
1) Obstruksi
atau penyempitan lumen koroner
Disebabkan oleh spasme, plak
atherosklerosis dan atau adanya formasi trombus.
2) Penurunan
tekanan diastolik aorta atau peningkatan yang signifikan dari tekanan atrium
kanan
II.
KONSEP
DASAR
A. DEFINISI
Secara klinis infark akut tanpa
elevasi ST (NSTEMI) sangat mirip dengan angina tidak stabil. Yang membedakan
adalah adanya enzym petanda jantung yang positif. Angina pektoris tidak stabil /
Ustable Angina Pektoris (UAP) dan infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) diketahui
merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gejala klinis
sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis
NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UAP menunjukkan bukti adanya
nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung.
Troponin T atau
troponin I merupakan petanda nekrosis miokard yang lebih disukai karena lebih
spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK dan CKMB. Pada pasien
dengan IMA, peningkatan awal troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan
dapat menetap sampai 2 minggu.’
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American
Heart Association (AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa
elevasi segmen ST ( NSTEMI) ialah apakah iskemi yang timbul cukup berat
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya petanda
kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil bila pasien
mempunyai keluhan iskemi sedangkan tak ada kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan
ataupun tanpa perubahan EKG untuk iskemi, seperti adanya depresi segmen ST
ataupun elevasi sebentar atau adannya gelombang T yang negatif.
B. ETIOLOGI
Ustable Angina Pektoris(UAP)
/Non ST
Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI)
dapatdisebabkanolehadanyaaterioklerosis,
spasme arteri koroner, anemia berat, artritis, dan aorta Insufisiensi.Faktorresikopada SKA (Muttaqin, 2009) dibagimenjadi :
1.
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a.
Usia
AngkamorbiditasdanmortalitaspenyakitSKAmeningkatseiringpertambahanusia.
Sekitar 55% korban seranganjantungberusia 65 tahunataulebihdan yang
meninggalempatdarilima orang berusia di atas 65 tahun. Mayoritasberadadalamresikopada
masa kinimerupakanrefleksidaripemeliharaankesehatan yang buruk di masa lalu.
b.
Jenis kelamin
Priamemilikiresiko
yang lebihuntukterserang SKA, sedangkanpadawanitaresikolebihbesarsetelah masa
menopause.Peningkatanpadawanitasetelah menopause terjadiakibatpenurunankadar
estrogen danpeningkatan lipid dalamdarah.
c.
Riwayatkeluarga
Tingkat
faktorgenetikadanlingkunganmembantuterbentuknyaatherosklerosisbelumdiketahuisecarapasti.Tendensiatherosklerosispada
orang tuaatauanakdibawahusia 50 tahunadahubunganterjadinyasamadengananggotakeluarga
lain.
d.
Sukubangsa
Orang
Amerika kulithitammemilikiresikolebihtinggidibandinkandengankulitputih,
halinidikaitkandenganpenemuanbahwa 33% orang Amerika
kulithitammenderitahipertensidibandingkandengankulitputih.
2.
Faktor
resiko yang dapat dirubah:
a.
Merokok
Perokokmemilikiresiko
2 sampai 3 kali untukmeninggalkarena SKA
daripada yang bukanperokok. Resikojugabergantungdariberapabanyakrokok per hari,
lebihbanyakrokoklebihtinggi pula resikonya.Hal inidikaitkandenganpengaruhnikotindankandungantinggidarimonoksidakarbon
yang
terkandungdalamrokok.Nikotinmeningkatkanbebankerjamiokardiumdandampakpeningkatankebutuhanoksigen.Karbonmonoksidamenganggupengangkutanoksigenkarena
hemoglobin mudahberikatandengankarbonmonoksidadaripadaoksigen.
b.
Hiperlipidemia
Kadar
kolesteroldantrigliseridadalamdarahterlibatdalamtransportasi, digesti, dan
absorbs lemak. Seseorang yang memilikikadarkolesterolmelebihi 300 ml/dl
memilikiresiko 4 kali lipatuntukterkena SKA dibandingkan yang memilikikadar 200
mg/dl. Diet yang mengandunglemakjenuhmerupakanfaktorutama yang
menimbulkanhiperlipidemia.
c.
Diabetes mellitus
Aterosklerosisdiketahuiberisiko
2 sampai 3 kali lipatpada diabetes tanpamemandangkadar lipid dalamdarah.
Predisposisidegenerasivaskulerterjadipada diabetes danmetabolisme lipid yang
tidak normal memegangperanandalampertumbuhan atheroma.
d.
Hipertensi
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan kebutuhan ventrikel, halinimengakibatkan kebutuhan oksigen untuk miokard untuk menghadapi suplai yang berkurang.
e.
Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja
yang meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung.Obesitasberhubungandenganpeningkatan
intake kaloridankadarlow density
lipoprotein.
f.
Inaktifitas
fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaikiefisiensijantungdengancaramenurunkan kadar kecepatan jantungdantekanandarah.
Dampakterhadapfisiologisdarikegiatanmampumenurunkankadarkepekatanrendahdari
lipid protein, menurunkankadarglukosadarah, danmemperbaiki cardiac output.
g.
Stres
psikologis berlebihan
Stres
merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin yang meningkatkan kecepatan jantung dan
menimbulkan vasokontriksi
Patofisiologi
lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris tidak stabil :
a.
Ruptur
Plak
Ruptur plak
aterosklerotik dianggap penyebab terpenting penyebab angina pektoris tidak
stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh
koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik
terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik
(fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti banyak mengandung
lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi
plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan
lemak. Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak
menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angin tak
stabil.
b.
Trombosis
dan Agregasi Trombosit
Agregasi
platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar terjadinya angina
tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena
interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti
lemak merupakan bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya trombosit,
sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak
berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah
berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk
memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.
Sebagai reaksi
terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan platelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas,
vasokonstriksi dan pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut
berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam
memulai trombosis yang intermiten, pada angina tak stabil.
c.
Vasospasme
Terjadinya
vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh
platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan
spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga dapat
menyebabkan angina tak stabil, dan mempunyai peran dalam pembentukan trombus.
d.
Erosi
pada plak tanpa ruptur
Terjadinya
penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi dan migrasi dari
otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan bentuk
dan lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan
pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia.
e.
Kadang
bisa karena : emboli, kelainan kongenital, penyakit inflamasi sistemik.
Perjalanan Proses
Aterosklerosis (Initiation, Progression danComplication) PadaPlak Aterosklerosis.
C. MANIFESTASI
Keluhan utama pada ACS umumnya berupa nyeri dada yang
timbul karena iskemia miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik berupa:
1. Lokasi
biasanya didada, substernal, restrosternal, prekordial dengan penjalaran ke
leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari bagian ulnar,
punggung/pundak kiri.
2. Kualitas
nyeri berupa nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih/tertekan benda berat,
rasa terbakar, seperti ditusuk, diperas, dipelintir didada.
3. Nyeri
berhubungan ditimbulkan oleh aktivitas, latihan fisik, stress emosi, udara
dingin; hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
4. Dapat
disertai dengan gejala berupa mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin dan
lemas.
D. PATOFISIOLOGI
NSTEMI dapat disebabkan oleh
penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang
diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau
vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan
adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap
yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang
cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel
makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini
akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang
pengeluaran hsCRP di hati.
Mekanisme
timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (arteriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti
apa penyebab arteriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktoer tunggal yang
bertanggung jawab atas perkembangan arteriosklerosis. Pada saat beban kerja
suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila
kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan
berdilatasi dan akan mengalirkan banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan
tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen dan kemudian akan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)
miokardium. Adanya endotel yang
cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (nitrat oksid) yang berfungsi untuk
menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau
blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%.
Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darah ke koroner akan berkurang. Oleh karena itu, sel-sel miokardium
mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan eneginya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang
berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung
berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan
asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pektoris
mereda. Dengan demikian, angina pektoris adalah suatu keadaan yang berlangsung
singkat.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)
EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu
serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress test harus dilakukan dengan
treadmill ataupun sepeda ergometer. Tujuan dari stress test adalah:
a)
menilai
nyeri dada apakah berasal dari jantung atau tidak
b)
menilai
beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah utama akan
c)
memberi
hasil positif kuat.
Gambaran EKG penderita
ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen STdisertai inversi gelombang
T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpaperubahan segmen ST
dan gelombang T. perubahan EKG pada ATS berdifat sementaradan masing-masing
dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun bersamaan. Perubahan tersebutimbul di
saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah
keluhanangina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap
setelah 24 jam atauterjadi elevasi gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
2)
Enzim LDH, CPK, dan CK-MB
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK
dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi50% di atas normal. CK-MB
merupakan enzim yang paling sensitive untuk nekrosis ototmiokard, tetapi kadar
dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan pentingnyapemeriksaan kadar
enzim secara serial untung menyingkirkan adanya IMA.
F. PENATALAKSANAAN
Pasien
perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu
diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau
petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat
nitrogliserin.
Terapi Medika Mentosa
1)
Obat
anti-iskemia
a)
Nitrat
: dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer, dengan
efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand). Nitrat juga menambah oksigen suplay dengan
vasodilatsai pembuluh koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral. Dalam
keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid dinitrat diberikan secara sublingual
atau infus intravena. Dosis pemberian
intravena : 1-4 mg/jam. Bila keluhan sudah terkendali maka dapat diganti dengan
per oral.
Preparat :
Nitrogliserin : Nitromock 2,5 - 5 mg tablet sublingual
Nitrodisc
5- 10 mg tempelkan di kulit
Nitroderm
5-10 mg tempelkan di kulit
Isosorbid dinitrat : Isobit 5-10 mg tablet sublingual
Isodil
5-10 mg tablet sublingual
Cedocard
5-10 mg tablet sublingual
b)
β-blocker :
dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut
jantung dan daya kontraksi miokardium. Berbagai macam beta-blocker seperti
propanolol, metoprolol, dan atenolol. Kontra indikasi pemberian penyekat beta
antra lain dengan asma bronkial, bradiaritmia.
c)
Antagonis
kalsium : dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah.
Ada 2 golongan besar pada antagonis kalsium :
- golongan dihidropiridin : efeknya sebagai vasodilatasi
lebih kuat dan penghambatan nodus sinus maupun nodus AV lebih sedikit dan efek
inotropik negatif juga kecil (Contoh: nifedipin)
- golongan nondihidropiridin : golongan ini dapat
memperbaiki survival dan mengurangi infark pada pasien dengan sindrom koroner
akut dan fraksi ejeksi normal. Denyut jantung yang berkurang, pengurangan
afterload memberikan keutungan pada golongan nondihidropiridin pada sindrom
koroner akut dengan faal jantung normal (Contoh : verapamil dan diltiazem).
Obat anti-agregasi trombosit
Obat antiplatelet
merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina tidak stabil maupun infark
tanpa elevasi ST segmen. Tiga gologan obat anti platelet yang terbukti
bermanfaat seperti aspirin, tienopiridin dan inhibitor GP Iib/IIIa.
a)
Aspirin
: banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat mengurangi kematian
jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51% sampai 72% pada pasien dengan angina tidak stabil. Oleh
karena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal
160mg/ hari dan dosis selanjutnya 80 sampai 325 mg/hari.
b)
Tiklopidin
: obat ini merupakan suatu derivat tienopiridin yang merupakan obat kedua dalam
pengobatan angina tidak stabil bila pasien tidak tahan aspirin. Dalam pemberian
tiklopidin harus diperhatikan efek samping granulositopenia.
c)
Klopidogrel
: obat ini juga merupakan derivat tienopiridin yang dapat menghambat agregasi
platelet. Efek samping lebih kecil dari tiklopidin . Klopidogrel terbukti juga
dapat mengurangi strok, infark dan kematian kardiovaskular. Dosis klopidogrel
dimulai 300 mg/hari dan selanjutnya75 mg/hari.
d)
Inhibitor
glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada
platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor
GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen
dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi. Pada saat ini ada 3 macam
obat golongan ini yang telah disetujui :
- absiksimab suatu antibodi mooklonal
- eptifibatid suatu
siklik heptapeptid
- tirofiban suatu nonpeptid mimetik
Obat-obat ini
telah dipakai untuk pengobatan angina tak stabil maupun untuk obata tambahan
dalam tindakan PCI terutama pada kasus-kasus angina tak stabil. 21
2)
Obat
anti-trombin
a)
Unfractionated
Heparin
Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari
pelbagi rantai polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas
antikoagulan yang berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin
akan bekerja menghambat trombin dan dan faktor Xa. Heparin juga mengikat
protein plasma, sel darah, sel endotel yang mempengaruhi bioavaibilitas. Pada
penggunaan obat ini juga diperlukan pemeriksaan trombosit untuk mendeteksi
adanya kemungkinan heparin induced thrombocytopenia (HIT).
b)
Low Molecular Weight
Heparin (LMWH)
LMWH
dibuat dengan melakukan depolimerisasi rantai plisakarida heparin. Dibandingkan
dengan unfractionated heparin, LMWH mempuyai ikatan terhadap protein plasma
kurang, bioavaibilitas lebih besar. LMWH yang ada di Indonesia ialah
dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan fondaparinux. Keuntungan pemberian LMWH
karena cara pemberian mudah yaitu dapat disuntikkan secara subkutan dan tidak
membutuhkan pemeriksaan laboratorium.
c)
Direct Thrombin
Inhibitors
Direct
Thrombin Inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung
mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun
platelet factor 4. Hirudin dapat
menurunkan angka kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan
bertambah. Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien
angina tak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat
menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin
(HIT).
Tindakan
revaskularisasi pembuluh koroner
Tindakan revaskularisasi perlu
dipertimbangkan pada pasien dengan iskemi berat dan refakter dengan terapi
medikamentosa. Pada pasien dengan penyempitan di left main atau penyempitan
pada 3 pembuluh darah, bila disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan
operasi bypass (CABG) mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien
dengan faal jantung yang masih baik dengan penyempitan pada satu pembuluh darah
atau dua pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi tindakan pembedahan PCI
merupakan pilihan utama.
Teknik-teknik invasif misalnya percutaneous
transluminal coronary angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri koroner dapat
menurunkan serangan angina klasik. Dengan PTCA,lesi aterosklerotik didilatasi
oleh sebuah kateter yang dimasukkan melalui kulit ke dalam arteri femoralis
atau brakialis dan di dorong ke jantung. Setelah berada di pembuluh yag sakit,
balon yang ada di kateter digembungkan. Hal ini akan memecahkan plak dan
meregangkan arteri. Dengan bedah pintas, potongan arteri koroner yang sakit
diikat, dan diambil arteri atau vena dari tempat lain untuk dihubungkan ke
bagian yang tidak sakit. Aliran darah
dipulihkan melalui pembuluh baru ini. Pembuluh yang paling sering
ditransplantasikan adalah vena safena atau arteri mamaria interna. Pemasangan
selang artificial atau stent ke dalam arteri agar tatap terbuka kadang-kadang
dilakukan dengan keberhasilan yang bervariasi. Bedah pintas koroner
menghilangkan nyeri angina tetapi tampaknya tidak mempengaruhi mortalitas
jangka-panjang.
Terapi
Non Medika Mentosa
1)
Istirahat memungkinkan
jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan volume sekuncup) dengan
kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan denyut jantung). Hal ini menurukan
kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen juga berkurang. Posisi duduk adalah
postur yang dianjurkan sewaktu beristirahat. Sebaliknya berbaring, meningkatkan
aliran balik darah ke jantung sehingga terjadi peningkatan volume diastolik
akhir, volume sekuncup dan curah jantung.
2)
Terapi
oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
G. PENCEGAHAN
a.
Perubahan
life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB, penyesuaian
diet, olahraga teratur dan lain-lain.
b.
Mengobati
faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi, hipertensi, penyakit
DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.
c.
Menghindari
bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui mencetuskan serangan
angina klasik pada seseorang.
d.
Memberikan
penjelasan perlunya melatih aktivitas sehari-hari sehingga untuk meningkatkan
kemampuan jantung agar dapat mengurangi serangan jantung.
H. KOMPLIKASI
a.
Infark
miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir
terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak
memenuhi kebutuhan energinya.
b.
Aritmia
: Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat dan
dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah
turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga menyebabkan
angina, gagal jantung.
c.
Gagal
Jantung : Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung
disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat
terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi
akibat hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada
ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.
III.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a. Data
subjektif
Ketika
tahap akut infark miokard, termasuk dalam data subjektif adalah persepsi pasien
tentang nyeri dada yang dirasakannya.
1) Persepsi
pasien tentang nyeri dada yang dialaminya ini menyangkut PQRST, yaitu :
a) Provocatif/paliatif:
nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan visceral).
b) Kualitas/crushing:
menyempit, berat, menetap,tertekan.
c) Radiasi/penyebaran:
tipikal pada dada anterior, substernal,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, dan wajah. Tidak tertentu
lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, dan leher.
d) Skala/severity:
pada skala 1-10, berhubungan dengan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialaminya.
e) Waktu/time:
lamanya kurang dari 20 menit untuk iskemia, pada infark miokard, nyeri timbul
terus menerus, tidak hilang dengan obat dan istirahat, dan lamanya lebih dari
20 menit. Catatan nyeri mungkin tidak ada pada pasien dengan diabetes mellitus,
hipertensi, dan pasien pasca operasi.
2) Adanya
tanda seperti dispnea, mual, pusing, rasa lemah, dan gangguan tidur.
3) Perasaan
pasien dan keluarganya: perasaan kurang aman, rasa takut akan kematian, dan
menyangkal/depresi.
4) Riwayat
penyakit atau pengobatan sebelumnya: angina
pectoris, infark miocard, hipertensi, dan diabetes mellitus.
b. Data
Objektif
Termasuk
dalam data objektif adalah kedaan fisik dan psikologis pasien. Pemantauan
dilakukan secara terus menerus untuk kemungkinan timbulnya disritmia dan
mengantisipasi terjadinya fibrilasi ventrikel yang dapat mengancam nyawa pasien
pada tahap akut MCI.
1) Tampilan
umum: pasien tampak pucat, berkeringat, gelisah, mungkin terdapat gangguan
pernapasan yang jelas dengan tachipneu dan sesak napas.
2) Sinus
takikardi (100-120 x/menit) terjadi pada 1/3 pasien. Denyut jantung rendah
mengindikasikan sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari
infark. Peningkatan tekanan darah moderat disebabkan oleh pelepasan
katekolamin. Hipotensi timbul merupakan tanda syok kardiogenik.
3) Peningkatan
aktifitas vagal menyebabkan mual dan muntah dan dikatakan lebih sering terjadi
pada infark inferior.
4) Bunyi
napas tidak terdengar adanya perubahan kecuali bila timbul edema paru akan
terdengar krackles.
5) Bunyi
jantung: normal atau terdapat S3/S4/murmur.
6) Terdapat
faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner: hipertensi, hiperkolesterol,
diabetes mellitus, merokok, obesitas, usia, jenis kelamin, keturunan.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan SKA adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan demand oksigen.
b. Resiko
penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan perfusi miokard.
c. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan, adanya iskemik/nekrosis jaringan miokard.
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan demand oksigen
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan kurangdari24
jam.
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang bahkanhilang, ekpresi wajah
rileks/tenang/tidak tegang, tidak gelisah, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah
120/80 mmHg.
Intervensi:
1) Kaji karakteristik, lokasi,
waktu, kualitas, radiasi,
danskala
2) Anjurkan
pada pasien untuk istirahat dan menghentikan aktifitas selama ada serangan.
3) Bantu
pasien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi,
visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
4) Pertahankan
oksigenasi dengan kanul nasal, contohnya 2-4 L/ menit
5) Monitor
tanda-tanda vital (nadi & tekanan darah) tiap dua jam.
6) Kolaborasi
dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
b. Resiko
penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan perfusi miokard.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan curah jantung
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil: akral hangat, capillary refill
kurang dari 3 detik, tidak ada disritmia, haluaran urin normal, tanda-tanda
vital dalam batas normal (Nadi: 60-100x/menit, Tekanan darah: sistolik 100-120
mmHg, diastolik 60-80 mmHg).
Intervensi :
1)
Pertahankan
tirah baring selama fase akut
2)
Kaji
dan laporkan adanya tanda–tanda penurunan cardiac ouput dan tekanandarah
3)
Monitor
urin
out put
4)
Kaji
dan pantau tanda-tanda vital tiap jam
5)
Kaji
dan pantau EKG tiap hari
6)
Berikan
oksigen sesuai kebutuhan
7)
Auskultasi
pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
8)
Pertahankan
cairan parenteral dan obat-obatan sesuai terapi
9)
Berikan
makanan sesuai diitnya
10)
Hindari
valsava manuver, mengejan (gunakan laxan)
c. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan, adanya iskemik/nekrosis jaringan miokard ditandai dengan
gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya
disritmia.
Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktivitas pada pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam.
Kriteria hasil: pasien
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan pasien, nadi 60-100 x/menit,
tekanan darah 120-80 mmHg.
Intervensi :
1)
Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktifitas
2)
Tingkatkan istirahat
3)
Batasi aktifitas dan berikan aktifitas sensori yang
tidak berat.
4)
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat
aktifitas, contoh bangun dari kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
5)
Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Joewono Budi Prasetyo (2003), Ilmu Penyakit Jantung, Airlangga
University Press, Surabaya
Joyce Levefer (1997), Buku Saku Pemeriksaan Labotatorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim Harmani, dkk (2004), Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST
Elevasi, PERKI
Pratanu Sunoto (2000), Kursus EKG, PT Karya Pembina Swajaya,
Surabaya
Ruhyanudin Faqih (2006), Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler, UMM Press, Malang
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC
Sudoyo Aru W , Setiyohadi B dkk, (2006).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke
Empat-Jilid III. Universitas Indonesia.Jakarta
Wilkinson, Judith M. Ahren, Nancy R. 2014.
Buku Saku Diagnosisi Keperawatan, Edisi
9. Jakarta : EGC
Comments
Post a Comment